Minggu, 26 Agustus 2012

Meratap aku dalam harap,
Bingkai cinta itu telah retak menjadi puing
Hancur lebur dibelah-belah hatiku
Menggores, dan aku terluka oleh rasa yang terlambat
Ketika semua kusadari, ia terlanjur pergi
Inilah cinta yang datang kala ku diam
Namun raib kala kalbu menaruh rindu
Ini bukan salah Tuhan, bukan juga salah Jibril atau takdir
Ini adalah kenaifan seorang seperti diriku
Sehingga dengung cinta tak sampai telinga
Dan nada rindu tak terdengar syahdu, Waktu itu…..
Dia takkan pernah tahu
Bahwa cinta ini menyeretku kejam
Ke sebuah elegi yang takkan pernah berakhir
Dia, cinta itu pernah kau tulis
Namun aku menghapusnya…..
Ingin aku merengkuhnya
Namun aku berada jauh didalam lubang curam seorang diri
Mengulurkan tangan berharap bisa meraih bintang
Hingga mendapatkannya tak lebih dari sebuah angan
Biarlah hanya aku dan Tuhan saja yang tahu
Sseberapa dalam rasa sayang ini
Dari isak tangis ini kupahat wajahmu dengan air mata
Membanjiri jiwa-jiwa yang kerontang atas ranum cinta
Kupersembahkan seluruh kerapuhanku
Untuk waktu, yang tak pernah sadar akan kerinduan
Menembus tiap larik puisi dari mulut bisu ini
Seribu maafku karena telah mencintaimu.
Namun cinta itu terlambat.
 Ia hadir begitu saja jauh setelah kau mengungkapkannya.
Tapi tak mengapa,
Aku sudah merasa cukup bahagia hanya dengan mencintaimu.
Meski kau tak pernah lagi merasakan hal itu untukku.
Dan, nama itu akan selalu terukir indah di kedalaman sukmaku.
Menjadi raja dalam istana mahabbah rinduku.
Takkan  pernah aku ganti meski raga ini telah menjadi serbuk-serbuk debu.
Maafkan aku yang telah mencintaimu.
Dan aku berharap cinta ini bukan sebuah kekeliruan…..


TUHAN…..
Sepi-Mu begitu membunuh
Menyekap, membekapku dalam dunia ini
Yang warnanya telah luntur oleh dosa-dosa
Aku muara buntu. Telah habis air mata ini
Untuk menuang penyesalan dalam hidupku

TUHAN…..
Dengarkanlah jiwa yang merintih, menangis
Karna darah-darah kemunafikan
Begitu lama menjamah nurani ini
Aku lautan sunyi.
Redupku tak mampu sanjugkan ke-Esaan-Mu

TUHAN…..
Kau letakkan dimana pintu taubatmu?
Biar aku menyelam sampai dosa-dosa ini pecah
Dan member celah baru untuk kurasuki
Meneguhkan iman yang terisolasi
Aku si kerdil dungu
Mengharap satu titik untuk sebuah pengampunan
Kepada-Mu, aku mengemis restu