Jumat, 23 Agustus 2013

The Way of 'Love'

 ***

   Semua orang pasti akan merasakannya. Allah mentakdirkan manusia untuk saling hidup berpasangan dengan rasa cinta yang tumbuh Insya Allah , kalau cintanya niat dan tulus karena Allah SWT akan di jadikan hidupnya selalu bahagia dan terbebas dari segala macam gangguan . Amin .

  Indahnya cinta bila dilakukan dengan rasa sayang yang tulus untuk orang yang di cintai. Maka sebaliknya orang yang di cintainya pun sadar seberapa besar nikmat Allah SWT karena ada yang mencintainya . Namun cinta itu butuh kerja keras dan pengorbanan . Apakah benar "Cinta itu tidak perlu dicari , tapi cinta itu pasti akan datang sendirinya ?" Atau "Cinta pada pandangan pertama" . Hanya hati yang bisa menebak bahwa kita akan dicintai dan mencintai . Tidak tahu kapan , dimana , dan dengan siapa . 'Kesetiaan' adalah awal dari terjadinya cinta kepada orang lain . Sebuah cinta tidak akan berjalan dengan baik jika tidak ada perselisihan , kecemburuan diantara keduanya . Seperti jalan raya , kalau tidak ada polisi tidurnya kendaraan yang mejalu akan kehilangan kendali dan bisa menabrak. Itulah cinta . Benar , cinta itu rumit tapi tidak serumit benang kusut yang di coba untuk meluruskannya kembali . Karena suatu permasalahan yang rumit pasti ada jalan untuk menyelesaikannya . Terutama cinta semua orang yang bernafas di dunia ini memiliki rasa cinta . Tidak akan indah hidup bila tidak ada cinta di dalamnya . Tapi , jangan pernah sekali-kali kalian melebihkan atau meninggikan cinta kepada orang lain daripada cinta kepada Allah SWT karena dialah yang menjadikan cinta itu nyata di diri kita .



Kepada :
Allah SWT .
"Tuhan ku yang melebihi apapun"
(Karena-Mu , cintaku begitu terang kepada dia)

Rabu, 07 Agustus 2013

PART 2.......


        “siapa ya laki-laki itu? Dia berseragam sekolah ini tapi kok Aku tidak pernah melihatnya. Apalagi matanya itu kayak mata elang”, pikirku. Karena asyik melamun, temanku, Nia mengagetkanku.
        “woy Nisa lu ngelamun aja, pindah sana ke tempat duduk lu”, kata Nia.
        Aku belingsatan menuju tempat dudukku. Kulihat teman sekelasku ada yang tersenyum melihat tingkahku. Akhirnya bel masuk berdering…..

        Pelajaran kulalui dengan tenang sampai bel istirahat berbunyi.Dan… inilah surga bagi pelajar pada umumnya. Aku keluar kelas sambil membawa kotak makan ku. Tetapi Aku tidak ke kantin melainkan ke masjid sekolah untuk salat Dhuha terlebih dahulu. Ketika Aku mau mengambil air wudhu, kulihat laki-laki mata elang itu sedang berwudhu juga. Wow… rajin juga ni anak. Eh tapi tunggu dulu, bisa aja dia cuma cuci muka atau cuci tangan sebelum makan? Tapi kok kalo dia Cuma cuci muka sama cuci tangan pake segala lepas sepatu ya? Tiba-tiba Aku mengintipnya. Telapak tangan, hidung, wajah, tangan, rambut, telnga, kaki. Bener loh nih anak lagi berwudhu. Hebat hebat.
        Setelah wudhu aku mengambil mukena yang ada dilemari, lalu aku salat dengan khusyuk. Setelah salat, Aku keluar masjid untuk memakai sepatu. Dan kulihat juga Dia sedang memakai sepatu. Sepertinya mata elangnya langsung tertuju kearahku ketika aku ingin mencari sepatuku. Akupun menyadari hal tersebut. Aku langsung menunduk dan buru-buru memakai sepatu. Pokonya aku selalu dibuatnya ngga nyaman. Dalam hati aku terus mengomel dengan bibir maju kedepan tapi  Aku tidak berani untuk menatap balik matanya.
         “Kenapasih nih orang sering ngeliatin Aku melulu? Salah apa Aku ini?”,batinku. Lalu Aku memberanikan untuk mendongakkan kepalaku kearah laki-laki itu. Hah? Udah nggak ada! Cepet banget menghilangnya? Misterius!
          Tanpa kusadari bel masuk berdering. Dan Akupun belum memakan bekalku. Parahnya lagi sekarang perutku kelaparan. Tanpa pikir panjang Aku langsung lari menuju kelas sambil membawa kotak makanku. Dan sesampainya dikelas Aku langsung melihat jadwal matpel di buku catatan karena Aku belum begitu hafal.
          Mataku melirik pada kata-kata ‘IPS’.
          Oh ampun! Kenapa harus IPS? Bukan karena pelajarannya tapi yang mengajar adalah Ibu garang/galak/killer alias Ibu Desi. Beliau itu ngga pernah tega untuk memberi tugas seambrek-ambrek. Waktu itu Ibu Desi pernah memberi tugas kepada Kami untuk menjelajah Gunung Bromo. Parah kan??? Dan ditambah hawa menyeramkan dari raut wajah Beliau yang selalu membuat kita mengantuk. Dikelas kerjaan Beliau kalo ngga rajin ngasih tugas adalah ngomelin anak-anak dengan senjatanya yaitu penggaris besi 30cm. Kenapa nggak sekalian aja bawa pedang? Nanti kami bawa perisai. Jadi deh PERANG!!!
          KRRRIUUK!....
          Aduh suara perut laper ku bunyi lagi! Sumpah ngga etis banget waktu ini dengan perutku. Udah pelajarannya IPS ditambah perutku lapar banget. Akhirnya Aku hanya memegangi perut saja. Menurutku 2 jam pelajaran IPS itu bagaikan 200 tahun didalam medan magnetnya Ibu Desi. Lama banget! Dan kamipun dalam sekejap mata bisa terhipnotis. Hebat! Ibu Desi bisa mangalahkan Uya Kuya dalam hipnotisan ini. Tapi bedanya kami yang dihipnotis tidak mengerti apa yang ditanyakan hehehe.
        2 jam kemudian.
        “Huft!!!”.
        “hore…bebas… merdeka…”, anak-anak yang lain juga merasakan kegembiraan pada saat bel berakhirnya pelajaran 200 tahun itu yang mengerikan! Kami seperti penjajah kolonial yang sedang di Romusha dan pada tahun 1945 akhirnya Kami di merdekakan.
        “Nis, lu kenapa? Dari tadi gue liat kayaknya lu gelisah banget?”, kata Rahmi, teman sebangkuku.
        “hah? Hehehe ngga papa Mi, tadi aku Cuma sedikit kelaperan pas pelajaran IPS”, kataku sambil cengar-cengir.
       “emang  tadi pagi lu ga sarapan?”.
       “sarapan, tapi masalahnya Aku belom makan bekalku tadi”.
       “ck ck ck Nisa Nisa, gue bingung deh sama lu, kayaknya lu makan melulu tapi kenapa badan lu itu ga pernah gemuk sih? Atau jangan-jangan lu cacingan lagi?”.
       “nah itu juga yang bikin aku bingung, enak aja. Kalo aku cacingan perutku ngga segendut orang cacingan kan?”.
       Kami hanya tertawa.
       Pelajaran dilanjutkan, kali ini pelajaran Bahasa Inggris. Fiuuh… untungnya pengajar dibalik pelajaran ini adalah guru yang perhatian. Mrs. Cathrine. Guru satu ini bisa dibilang guru tercantik disekolah ini. Bukan namanya doang yang keren tapi orangnya juga keren alias bermodis. Tapi Beliau tetap sopan terhadap siapapun terutama murid-muridnya. Denger-denger Beliau ini udah bolak-balik kuliah diluar negeri jurusan sastra Inggris. Padahal Wong Jowo  loh... terus. Ada yang lebih seru lagi nih: katanya Beliau juga belom MENIKAH!!! Asal kalian tahu nih, aku mau bercita-cita seperti Mrs. Cathrine. Diumurnya yang masih belia Dia sudah bisa hidup mandiri di Jakarta ini dan jauh dari kota kelahirannya di Solo. Hebat. Two thumbs up for you!
          Disaat sedang asyik mengikuti pelajaran Bahasa Inggris, bel pulang pun berbunyi. Dan… inilah surga paling atas untuk para pelajar. Tetapi aku tidak langsung pulang karena aku harus memakan bekalku yang sudah kutunda. Kurasa kelas ini sudah mulai sepi. Begitu bekalku sudah habis, aku langsung menggendong tas ku lalu turun kebawah untuk pulang. Saat sedang berjalan menuju pintu gerbang, aku bertemu Kak Irfan dan temannya. Eh eh eh tunggu dulu… dari matanya saja sudah kelihatan kalo dia ‘laki-laki bermata elang itu’. Aku langsung bergidik merinding begitu mengingatnya.
           Tadinya aku mau menghindar karena aku tidak mau bertemu orang itu lagi tapi niatku berubah setelah Kak Irfan menggagalkannya dengan menyapaku, “eh Nisa baru pulang?”.
           “he eh iya Kak”, kataku gugup. Aku mencoba untuk tidak melirik sedikitpun kearah laki-laki itu. Aduuuh! Mati rasa nih! Kenapa sih harus ketemu sama dia lagi?! Kayaknya sempit banget ya dunia ini sampe aku ketemu melulu sama orang satu ini! Pokonya siapapun namanya, bagaimanapun orangnya kalau ada orang seperti dia lagi bakal kena sumpah serapah dariku!
          “Nis kok ngelamun?”, lagi-lagi Kak Irfan menggagalkan sumpah serapahku ini.
          “hah? Ng-ng Kak Aku pulang duluan ya?”, tanpa aba-aba aku langsung pergi meningalkan Kak Irfan dan…siapa itu….namanya—laki-laki bermata elang—itu.
           Aku langsung menyetop angkot dan menaikinya. Didalam angkot aku masih terus memikirkannya. Kenapa sih Kak Irfan punya teman kayak Dia? Dan ada ya manusia seperti Dia? Tanpa kusadari angkot yang kunaiki sudah ada didepan pintu gerbang komplekku. Setelah membayar, aku berjalan santai memasuki gerbang komplek yang dijaga oleh satpam, Pak satpam itu ramah kepada siapapun. Karena Dia, komplekku (sejak kapan aku mengklaim kalau komplek ini menjadi milikku?) selalu aman dari bahaya apapun.
             “Kak nisa!!!!”, tiba-tiba ada suara nyaring memanggilku serta tangan yang menyentuh bahuku. Toh  ternyata Diva sedang cengar-cengir disampingku. Aku hanya ikut cengar-cengir.
             “Kamu mau kemana siang bolong gini?”, tnyaku.
             “Aku mau main kerumah Kak Nisa eh tapi kebetulan ngeliat Kakak baru pulang, jadinya sekalian bareng aja hihihi”, katanya, “boleh kan aku main kerumah Kakak?”, lanjutnya.
             “hhm gimana ya? Yaudah boleh deh, kebetulan dirumah Kakak lagi sendiri”.
            “asiiiik. Hhm karena aku anak yang baik aku mau kok ngebawain tas sekolah Kak Nisa yang berat ini”, tanpa ba-bi-bu Diva langsung mengambil tas dari punggungku dan dibawanya lari sambil tertawa girang.
             “eh jangan! Ngerepotin tau, Kamu kan tamu Kakak!”, cegahku sambil ikutan berlari menngejar Diva.
             “biarin”, katanya sambil menjulurkan lidahnya kerahku, “ayo kalo bisa tangkap aku sampai rumah kakak hahaha”, lanjutnya masih dengan tertawa kegirangan.
             Sesampainya dirumahku, Diva langsung duduk di bangku dekat kolam ikan sambil melihat ke sekeliling halaman rumahku. Sedangkan  Aku memutar kunci pintu rumah dan mempersilahkan Diva masuk, sama seperti tadi, Diva terus mengintograsi sekeliling rumahku mulai dari lantai sampai dinding.
             “kenapa div? ada yang salah sama rumah ini?”, tanyaku.
             “rumah kakak walaupun besar tapi rapi banget ya?”, tiba-tiba kata-kata itu mengalun begitu saja dari mulut kecil Diva.


NEXT TO BE CONTIUNED....